Batik Salem atau yang dikenal dengan motif Batik Brebesan adalah salah satu kekayaan asal Kabupaten Brebes, yang telah menjadi komoditas ekonomi warga Desa Bentar dan Bentarsari Kecamatan Salem.
Batik Brebesan yang saat ini terus bersaing untuk merebut pasar nasional maupun internasional banyak dipengaruhi oleh daerah lain. Balai Besar Kerajinan Batik Jogjakarta mencatat berbagai peperangan yang terjadi pada abad ke 17,18 dan 19, merupakan faktor penyebaran batik ke berbagai daerah.
Keberadaan Batik Brebesan muncul sekitar abad ke 19, tepatnya pada tahun 1917 masehi. Menurut sumber yang didapat, keberadaan batik Brebesan atau batik Salem berawal dari kedatangan putri pejabat Pekalongan yang datang ke Salem, Brebes. Pada saat itu, sang putri jatuh cinta kepada pemuda Salem yang akhirnya menikah dan menetap di Desa Bentar.
Dari kejadian tersebut, akhirnya keberadaan batik mulai muncul di Desa Bentar dan akhirnya menyebar ke desa tetangga, seperti Desa Bentarsari dan lainnya. Dari perkembangannya, saat ini batik Salem telah munculkan berbagai motif, diantaranya motif kopi pecah, manggar dan ukel dengan ciri khas warna hitam dan putih.
Saat ini batik Salem telah menembus pasar nasional. Meski demikian, untuk lebih meningkatkan peminat batik Brebesan dari daerah lain, perlu dilakukan inovasi dalam hal motif batik, antar lain motif cicak dan buaya yang cocok diterapkan pada batik Brebesan. Ini mengacu kepada aspek budaya sekaligus sebagai bentuk pengembangan aspek seni batik.
Dari 17 kecamatan di Kabupaten Brebes, sentra perajin batik hanya terdapat di Kecamatan Salem. Itupun terpusat di 2 desa yakni Bentar dan Bentarsari. Berdasarkan catatan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Brebes, di daerah itu ada sedikitnya 200 perajin batik.
Memang muncul pertanyaan kenapa wilayah Salem yang menjadi sentra industri batik. Secara geografis kecamatan itu berada di Brebes selatan dan yang dikembangkan lebih mencerminkan motif batik pedalaman dibandingkan batik pesisiran. Walaupun berdasarkan kajian Masiswo (2009) ciri khas batik Salem banyak dipengaruhi oleh batik Pekalongan (dari pola buketan), batik Surakarta/ Yogyakarta (dari pewarnaan, bentuk pola, dan pilihan motif), batik Tegal (dari pewarnaan soga), dan batik Banyumas (pewarnaan soga).
Pewarnaan batik Salem didominasi warna hitam, cokelat, dan putih dengan motif pada mulanya kopi pecah, manggar, dan ukel. Selain motif klasik seperti sidomukti, plataran ukel baris dengan teknologi bedesan. Walaupun kini perajin sudah menggunakan motif baru seperti bawang merah (brambang abang), sangkawung, gringsing, gribig, dan tentunya motif telor asin.
Batik Brebesan yang saat ini terus bersaing untuk merebut pasar nasional maupun internasional banyak dipengaruhi oleh daerah lain. Balai Besar Kerajinan Batik Jogjakarta mencatat berbagai peperangan yang terjadi pada abad ke 17,18 dan 19, merupakan faktor penyebaran batik ke berbagai daerah.
Keberadaan Batik Brebesan muncul sekitar abad ke 19, tepatnya pada tahun 1917 masehi. Menurut sumber yang didapat, keberadaan batik Brebesan atau batik Salem berawal dari kedatangan putri pejabat Pekalongan yang datang ke Salem, Brebes. Pada saat itu, sang putri jatuh cinta kepada pemuda Salem yang akhirnya menikah dan menetap di Desa Bentar.
Dari kejadian tersebut, akhirnya keberadaan batik mulai muncul di Desa Bentar dan akhirnya menyebar ke desa tetangga, seperti Desa Bentarsari dan lainnya. Dari perkembangannya, saat ini batik Salem telah munculkan berbagai motif, diantaranya motif kopi pecah, manggar dan ukel dengan ciri khas warna hitam dan putih.
Saat ini batik Salem telah menembus pasar nasional. Meski demikian, untuk lebih meningkatkan peminat batik Brebesan dari daerah lain, perlu dilakukan inovasi dalam hal motif batik, antar lain motif cicak dan buaya yang cocok diterapkan pada batik Brebesan. Ini mengacu kepada aspek budaya sekaligus sebagai bentuk pengembangan aspek seni batik.
Motif Batik Brebesan
Selama ini, pembicaraan mengenai batik di wilayah pantura barat Jawa Tengah selalu mengait dengan Pekalongan yang telah memiliki kluster pengembangan industri batik. Padahal selama ini ada Kota Tegal dan Kabupaten Brebes yang berpotensi sebagai sentra batik di kawasan yang sama.Dari 17 kecamatan di Kabupaten Brebes, sentra perajin batik hanya terdapat di Kecamatan Salem. Itupun terpusat di 2 desa yakni Bentar dan Bentarsari. Berdasarkan catatan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Brebes, di daerah itu ada sedikitnya 200 perajin batik.
Memang muncul pertanyaan kenapa wilayah Salem yang menjadi sentra industri batik. Secara geografis kecamatan itu berada di Brebes selatan dan yang dikembangkan lebih mencerminkan motif batik pedalaman dibandingkan batik pesisiran. Walaupun berdasarkan kajian Masiswo (2009) ciri khas batik Salem banyak dipengaruhi oleh batik Pekalongan (dari pola buketan), batik Surakarta/ Yogyakarta (dari pewarnaan, bentuk pola, dan pilihan motif), batik Tegal (dari pewarnaan soga), dan batik Banyumas (pewarnaan soga).
Pewarnaan batik Salem didominasi warna hitam, cokelat, dan putih dengan motif pada mulanya kopi pecah, manggar, dan ukel. Selain motif klasik seperti sidomukti, plataran ukel baris dengan teknologi bedesan. Walaupun kini perajin sudah menggunakan motif baru seperti bawang merah (brambang abang), sangkawung, gringsing, gribig, dan tentunya motif telor asin.
16 komentar:
penasaran sama bentuknya,kalo bisa dikasih contoh batiknya bro. .hehe
Oke mas Bro, nanti saya posting contoh batiknya, , ,
batik salem? baru dengar q.
mungkin saiful bisa mencoba memperkenalkan batik ini di kelas,,biar anak2 sosan g penaran sama bentuk batik salem ini
apa bedanya dengan batik lainnya.....
cba jal kita di kasih contonya biar tau ful.......
@Nafis : ya smester depan Fis, nanti q pake contoh batiknya
@Ismiyati : sperti batik pada umumnya, paling yang membedakan motif-motifnya Tin.
Bagaimana kalau kita bisnis itu kang pupun? kan masih jarang yang tahu batik itu. Pangsa pasarnya masih terbuka lebar
bisa nanti di koneksikan, di Batang kan tidak ada toko Batik yah?hahahahha
bagus2.....
budayakan batik di indonesia....
salah satunya batik asli brebes...
yang menjadi tugas kita adalah melestarikan budaya batik, jangan sampai diklaim lagi sama negara lain :D
@Isnaeni : hidup Brebes
@Yuni : tapi kita juga harus berterimakasih pada bangsa lain yang kemarin mengklaim batik sehingga masyarakat Indonesia bisa lebih menghargai budayanya.
sebenarnya masing-masing daerah mempunyai karya batik tersendiri dengan motif dan karakteristik yang berbeda-beda, hanya saja memang yang lebih sering terdengar adalah batik Pekalongan, batik Yogya, dan batik Solo...tetapi tidak perlulah mempermasalahkan batik mana yang paling terkenal dan batik mana yang kurang terkenal, yang perlu diingat adalah kesemuanya dari perbedaan itu menandakan bahwa negara kita sungguh sangat kaya dengan keanekaragaman yang belum tentu dimiliki oleh negara-negara lain
setuju, , ,
hidup Anggit,hehehe
hmmm... ayo lestarikan budaya bangsa..
bangga akan budaya asli daerah.
mas BRO...bagus sekali postingan anda...mengenai hasil budaya daerah anda yaitu sebuah batik...
maaf mas mau tanya, batik brebesan udah ada hasil kajiannya to?? itu kajian Masiswo (2009)itu penelitian apa???skripsi atau apa gt???bisa liat dimana ya???saya lagi butuh referensi buat batik brebesan
Posting Komentar